|| HOME || ISLAMI || SMKTI || GUEST BOOK || EAGLE AWARD || SASTRA || GAME ||

Tuesday, July 27, 2010

~Kisah Semut Merah bagian 1~


Suatu hari di kebun yang luas, hiduplah sekelompok semut hitam di sebuah pohon rambutan. Pohon itu sangat besar, sehingga buah-buahnya pun tak kalah besar. Dari pohon itulah para semut dapat hidup tentram. Jumlah mereka sangat banyak hingga membentuk suatu pemerintahan agar ada pemimpin yang diharapkan mampu mengatur kehidupan mereka untuk lebih damai lagi.
          Tak lama waktu berselang, kini tiba saatnya musim kawin. Musim ini adalah musim telur bagi semut betina. Tidak disangka lagi, bayi-bayi semut akan lahir, rakyat pun akan semakin banyak. Sungguh tidak bisa dibayangkan betapa ramainya pohon rambutan itu, jika ada 20.000 telur akan menetas. Tapi ini hal yang wajar, karena ini merupakan kodrat bagi setiap makhluk hidup, berkembang biak. Telur-telur itu yang akan menjadi semut kecil, yang akan menjadi generasi baru. Karena itulah semua semut sangat menanti datangnya musim ini. Kehadiran mereka sangatlah diharapkan untuk masa depan yang lebih cerah. Karena tugas bayi sebagai penerus, adalah mengurus pemerintahan layaknya semut-semut dewasa, agar markas atau pohon yang mereka tempati tidak dirampas oleh musuh mereka, yaitu semut-semut merah yang ganas.
          Setiap hari, ibu-ibu semut sangat sibuk merawat telurnya masing-masing. Karena, satu ibu semut saja sudah bisa menghasilkan telur dengan jumlah yang banyak. Dan apabila semua telur itu tidak dijaga dengan baik, binatang pemakan telur semut akan mudah melahap mereka dengan cepat, dan jika tidak ada telur maka tidak ada generasi.
          Tibalah pada masa penetasan telur. Semua ibu semut tampak bersiap-siap menyambut kedatangan bayi. Dan akhirnya, semua telur menetas dengan cepat, seiring hembusan dengan angin yang halus, mampu menggoyangkan dedaunan hijau di sekitar tempat itu. Terlihat raut wajah mereka yang gembira dan mengharukan. Namun ada keanehan disini. Setelah semua telur menetas, ternyata ada satu telur yang belum bergerak. Semua mata pun tertuju pada satu telur yang paling kecil itu. Mereka menunggu dan menunggu, dan terus menunggu hingga petang. Namun telur itu belum juga menetas. Kalian tahu? Ternyata pagi-pagi sekali telur itu baru menetas. Seluruh rakyat pun bergembira menyambutnya. Namun lagi-lagi, ada keanehan disini. Ternyata, yang lahir bukanlah semut hitam tetapi semut merah. Semua mata tercengang. Apa yang sebenarnya terjadi?
          Semut merah itu diberi nama “Hira” oleh ibunya, yang artinya hitam dan merah, sesuai dengan tubuhnya yang setengah hitam dan setengah merah. Masyarakat menganggap bahwa itu adalah sebuah pertanda akan ada keajaiban datang di masa di depan. Ibu semut sangat mempercayai hal itu. Sehingga ia merawat, memelihara, menjaga, dan mendidik anaknya, Hira.
          Semakin hari Hira tumbuh dewasa. Ia anak semut yang paling manis diantara yang lain. Tapi, ia sangat pemalu dan pendiam. Ia juga tidak punya banyak teman, karena ia tidak pandai bergaul. Tapi yang paling penting daripada semua hal itu, ia memiliki impian yang tinggi. Ia ingin bekerja untuk mencari makan, menjaga ibunya, dan tentunya menjaga diri dengan baik. Oleh karena itu, ibunya menyuruhnya untuk mengikuti “Pelatihan Cari Makan” bersama anak-anak lain. Hira pun dengan senang hati menuruti pinta ibunda, meskipun ia takut karena akan bertemu dengan semut lain yang bertubuh hitam. Ia benar-benar merasa tidak percaya diri akan kekurangannya.                              ~to be continued~....

0 comments:

Recent Post




tutorial ilmu grafis indonesia
ilmugrafis indonesia
 
back to top